Senin, 27 Juli 2009

Gingiva Pada Pubertas

Pubertas sering disertai dengan meningkatnya respon gingival terhadap iritasi local. Gejala inflamasi yaitu warna merah kebiruan, odema, dan pembesaran dihasilkan dari factor local yang merupakan respon ringan gingival.
Sebagai pendekatan terhadap orang dewasa, keparahan rekasi gingival berkurang, pengembalian menuju ke normal membutuhkan penghilangan factor tersebut. Meskipun prevalensi dan keparahan penyakit gingival meningkat seiring dengan pubertas, gingivitis bukan merupakan kejadian yang universal selama periode ini, dengan oral hygiene yang baik, maka hal tersebut dapat dicegah.

Perubahan Gingiva yang berhubungan dengan siklus menstruasi
Seperti gejala yang umum, siklus mentruasi tidak disertai dengan perubahan gingival, tetapi pada keadaan tertentu hal tersebut dapat terjadi. Perubahan gingival sehubungan dengan menstruasi karena ketidak seimbangan hormonal dan kadang-kadang disertai dengan riwayat disfungsi ovarian.
Selama masa menstruasi, prevalensi gingivitis meningkat. beberapa pasien mengeluhkan perdarahan pada gingival. Eksudat dari inflamasi gingival meningkat selama menstruasi, tetapi cairan gingival tidak terpengaruh. Mobilitas gigi tidak berubah secara signifikan selama siklus menstruasi. Jumlah bakteri saliva meningkat selama menstruasi dan pada ovulasi sampai hari ke-14 sebelumnya.

Penyakit Gingiva Selama Kehamilan
Perubahan gingival selama kehamilan telah dijelaskan sejak tahun 1898, bahkan sebelumnya beberapa ilmu pengetahuan tentang perubahan hormonal pada kehamilan telah ada.
Kehamilan itu sendiri tidak menyebabkan gingivitis. Gingivitis pada kehamilan disebabkan oleh bakteri plak. Kehamilan merangsang respon gingival terhadap plak dan memodifikasi resultan klinis. tidak ada perubahan yang terjadi pada gingival selama kehamilan tanpa adanya factor local.
Keparahan gingivitis meningkat selama kehamilan dimulai pada bulan kedua atau ketiga. pasien dengan gingivitis kronis sebelum kehamilan menjadi sadar terhadap gingival karena sebelumnya area yang terinflamasi menjadi membesar, odematus dan mengalami perubahan warna. Pasien dengan perdarahan gingival sebelum kehamilan menjadi perhatian terhadap meningkatnya tendensi perdarahan .
Gingivitis menjadi lebih berat pada bulan kedelapan dan menurun pada bulan ke-9, akumulasi plak mengikuti pola yang lama. Beberapa peneliti melaporkan terdapat keparahan antara trimester kedua dan ketiga. Hubungan antara gingivitis dan kuantitas plak lebih besar setelah melahirkan daripada selama kehamilan, dimana disimpulkan bahwa kehamilan membutuhkan factor lain yang merangsang respon gingiva terhadap factor local.
Insiden gingivitis selama kehamilan pada penelitian bervariasi dari 50%-100%. Kehamilan mempengaruhi keparahan dari area yang terinflamasi, tidak merubah gingival yang sehat. Mobilitas gigi, kedalaman poket, dan cairan gingival juga meningkat selama kehamilan.
Reduksi parsial pada keparahan gingivitis terjadi pada dua bulan setelah melahirkan, dan setelah satu tahun kondisi gingival dibandingkan dengan pasien yang tidak hamil. Tetapi gingival tidak kembali normal selama terdapat factor local. Pengurangan setelah kehamilan juga mobilitas gigi, kedalaman poket, dan cairan gingival. Pada pengamatan longitudinal perubahan periodontal selama kehamilan dan untuk 15 bulan setelah melahirkan, tidak ada loss of attachment signifikan yang terlihat.
Tendensi bleeding terlihat pada sebagian besar gejala klinis. Gingival terinflamasi dan bervariasi warnanya dari merah terang hingga merah kebiruan. Margin gingival dan interdental tampak odematus, pit pada fisur, terlihat halus dan mengkilat, lunak dan nampak seperti raspberry. Kemerahan yang ekstrim merupakan akibat dari vaskularisasi, dan terdapat peningkatan tendensi bleeding . perubahan gingival biasanya tanpa gejala kecuali terdapat komplikasi pada inflamasi akut. Pada beberapa kasus inflamasi gingival membentuk massa menyerupai tumor sebagai tumor pregnancy .
Gambaran mikroskopik penyakit gingival selama kehamilan merupakan inflamasi yang non spesifik, tervaskularisasi, dan inflamasi yang proloferatif. Terdapat infiltrasi sel inflamasi dengan odema disertai degenerasi epitel gingival dan jaringan ikat. Epithelium hiperplastik dengan adanya retepeg, mengurangi permukaan yang berkeratin, dan bermacam derajat intraselular dan odema ekstraselular dan infiltrasi oleh leukosit.
Kemungkinan interaksi antara bakteri-hormin dapat merubah komposisi plak dan menyebabkan inflamasi gingival belum diamati secara luas. Kornmen dan loesehe melaporkan bahwa flora subgingiva berubah menjadi anaerob selama kehamilan. Satu-satunya mikro organisme yang meningkat secara signifikan adalah P. Intermedia.
Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan kadar estradiol secara sistemik dan progesterone bersamaan dengan tendensi bleeding yang tinggi.Disimpulkan juga bahwa selama kehamilan, penurunan respon limfosit – T maternal mungkin merupakan factor yang dapat merubah respon jaringan terhadap plak.
Adanya gingivitis selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan kadar progesterone dimana menyebabkan pelebaran mikrovaskularisasi gingival, sirkulatori stasis dan meningkatnya kerentanan terhadap iritasi mekanis, semuanya menyebabkan cairan masuk ke dalam jaringan perivaskuler. Peningkatan progesterone dan estrogen terjadi selama kehamilan, dan berkurang setelah persalinan. Keparahan gingivitis bervariasi sesuai kadar hormonal selama kehamilan.
Gingiva merupakan organ target bagi hormon seks wanita. Formicola dkk, menunjukkan bahwa injeksi estradiol radioaktif terhadap tikus betina terlihat tidak hanya pada saluran genital tetapi juga pada gingival.
Disimpulkan juga bahwa terjadinya gingivitis selama kehamilan terjadi dalam dua periode : yaitu selama trimester pertama, ketika terjadi produksi gonadotropin yang berlebihan, dan selama trimester ketiga, dimana estrogen dan progesterone berada pada level tertinggi. Kerusakan sel mast pada gingival terjadi karena meningkatnya hormone seks dan resultan yang dikeluarkan oleh histamine dan enzim proteolitik yang berperan pada respon inflamasi terhadap factor local.

Kontrasepsi Hormonal dan Gingiva
Kontrasepsi Hormonal membuat respon gingival terhadap factor local sama dengan yang terlihat selama kehamilan, ketika digunakan lebih dari 1,5 tahun dapat meningkatkan kerusakan periodontal.
Meskipun beberapa merk kontrasepsi oral memproduksi perubahan dramatis daripada yang lain, tidak ada hubungan yang ditemukan pada perbedaan progesterone atau estrogen pada bermacam-macam merk tersebut. Kontrasepsi oral tidak mempengaruhi inflamasi gingival atau skor debris indeks.



Menopausal Gingivostomatitis (senile atrophic gingivitis)
Kondisi ini terjadi selama menopause atau selama periode postmenopause. Gejala yang ringan kadang-kadang terlihat, berhubungan dengan perubahan awal menopause. Menopausal Gingivostomatitis bukan merupakan kondisi yang umum. Pola tersebut digunakan untuk memperbaiki anggapan yang keliru yang bervariasi sehubungan dengan menopause. Gangguan pada rongga mulut bukan merupakan gejala yang umum dari menopause.
Gingiva dan mukosa oral tampak kering dan mengkilat, bervariasi warnanya dari pucat hingga kemerahan, dan mudah berdarah. Terdapat fisur pada mucobucal fold pada beberapa kasus dan perubahan dapat terjadi pada mukosa vagina. Pasien mengeluhkan burning sensation dan mulut kering, sehubungan dengan sensitivitas yang ekstrim terhadap perubahan termis, sensasi rasa yang abnormal yang disebut salty, peppery atau sour dan sulit memakai gigi tiruan sebagian lepasan.
Secara mikroskopis gingival menunjukkan atropi pada germinal dan prickle cell layers dari epitel dan pada beberapa kasus daerah tersebut terdapat ulserasi.
Gejala dari Menopausal Gingivostomatitis memiliki beberapa derajat perbandingan terhadap kronik desquamative gingivitis . Gejala tersebut sama dengan Menopausal Gingivostomatitis kadang-kadang terjadi setelah ovariektomi atau sterilisasi oleh radiasi pada saat terapi neoplasma ganas.

Hormon Kortikosteroid
Pada manusia, pemberian sistemik kortison dan ACTH tidak mempunyai efek terhadap insiden dan keparahan terhadap penyakit gingival dan periodontal. Tetapi transplantasi ginjal pada pasien yang menerima terapi immunosupresive (prednisone dan metilprednison dan azatioprin atau siklofosfamid) secara signifikan mengurangi inflamasi gingival daripada kelompok control dengan jumlah plak yang sama.
Pemberian kortison secara sistemik pada eksperimen binatang menyebabkan osteoporosis tulang alveolar, dilatasi kapiler dan penelanan, dengan perdarahan pada ligament periodontal dan jaringan ikat gingival, degenerasi dan reduksi serabut kolagen pada ligament periodontal dan meningkatnya destruksi jaringan periodontal sehubungan dengan inflamasi yang disebabkan oleh iritasi local.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar